Rabu, 31 Maret 2010

Children and The Ravages of War


What makes children in war particularly vulnerable and at high risk?
War makes everybody potentially vulnerable. Although children show incredible strength and resilience, their young age makes them more vulnerable than adults. War exposes children to a whole host of risks – some of them unimaginable. The most obvious ones include the risk of orphanage, death, injury, displacement or separation from family. Losing access to health services also puts children at great risk as this can mean death or long-term effects following a simple injury or illness that has not been or cannot be cured.
A child without adult care is at risk of neglect and all kinds of abuse. For example, children may become easy targets for armed groups or forces looking for new recruits. They may be at risk of being trafficked. Additionally, armed conflict brings about general destitution that leaves many children with no choice but to take to the streets, begging or doing odd jobs – often very hard and underpaid – simply to survive. Of course, the risks differ depending on the age and sex of the child. Older children are more likely to survive on their own, but often face greater risks of abuse.
What specific needs do children in war have, compared to women, men or elderly people?
The specific needs of children depend on their age. However, children are all developing individuals in need of sufficient food, water and adequate health services. Vaccination is particularly important. While this is obviously important for adults as well, the lack of sufficient or adequate food, for example, can be detrimental to the physical and mental development of a young person.
Children need the protection and support of their families, in peacetime and in wartime. They also have the right to education, and, in many situations, access to education offers children a degree of protection and the life skills that are important in a situation of conflict and destitution. That said, being at school may actually expose children to additional risks. Schools are sometimes attacked directly, and may be targeted by armed groups or forces looking for new recruits.
Children who have been separated from their families during conflict need their parents back. They must, therefore, be given the opportunity to search for their parents and be reunited with them. While efforts are made to trace their families, these very vulnerable children need access to shelter, food, water and other basic services – in addition, of course, to support and protection provided by an adult.
How does the ICRC respond to these specific needs?
Children caught up in war are a priority for the ICRC and, naturally, they benefit from almost all our programmes. A number of ICRC programmes are tailored to the needs of children.
I cannot think of anything as traumatizing as being separated from your parents at a young age, not knowing where they are and being deprived of their protection in the hostile environment of war. In situations where families have been torn apart, the ICRC, therefore, places high priority on tracing and reuniting family members. While we provide this service to all family members who have been separated, we give priority to children who are unaccompanied or separated from their families.
In 2008, the ICRC registered close to 2,000 children separated from their families worldwide. This figure includes 347 children released by armed forces or armed groups. We did this in close collaboration with the national Red Cross or Red Crescent societies.
As guardian of international humanitarian law (IHL), the ICRC is naturally concerned about the issue of child recruitment by armed forces and armed groups. We try to fight this phenomenon in several ways. Firstly, we put a lot of emphasis on preventing recruitment in the first place. This is done by working directly, not only with those recruiting children, but also with the children and their communities.
Secondly, the ICRC helps develop the legal standards that regulate this phenomenon, and raises awareness of them among armed forces, armed groups and the civilian population.
Thirdly, when it is in the interest of the children who have been recruited, the ICRC intervenes with armed groups or forces in question, asking them to release children in their ranks and return them to their families.
Fourthly, the ICRC is heavily involved in reuniting demobilized children with their families. This, for example, is the case in Chad, the Democratic Republic of the Congo (DRC) and Sudan.
Children unfortunately also become victims of atrocities such as sexual violence. The ICRC has adopted a multidisciplinary response to the devastating effects of sexual violence. It provides the victims with timely medical and psychosocial support, and where necessary, helps meet their economic needs. At the same time, the ICRC raises awareness to such violence, works to help prevent it and protect children from it.
During its detention visits, the ICRC often comes across children. We always pay particular attention to their situation, remind the authorities of the children’s rights, if necessary, and give the children the opportunity to maintain contact with their families. As with adults, the ICRC provides children with specific assistance if the detaining authorities are unable to do so.
***
sources: icrc.org




Selasa, 30 Maret 2010

De appel valt neit ver van de stam


Sebuah ungkapan lama dari sebuah negeri yang tak bosan-bosannya menjajah kita, Belanda. “Buah apel jatuh tak jauh dari pokoknya”. Jika tak ada yang mengubah takdirnya, niscaya buah apel akan selalu bersama dengan induknya menjadi sebuah hutan apel yang rindang dan indah, serta sedap untuk dipetik.
Ilutrasi di atas hanyalah sebuah pemikiran yang sederhana tentang sebuah transformasi generasi. Begitupun dengan sebuah lembaga yang dibangun dengan komitmen dan kesadaran yang kuat, akan berjalan sesuai dengan pemikiran awal, membangun organisasi kepalangmerahan di tingkat perguruan tinggi dengan mengedepankan integritas dan intelektual. Namun, hal itu bisa menjadi tak mungkin tatkala apa yang sudah direncanakan semula menjadi kabur kepada generasi sesudahnya. Tak sedikit organisasi yang awalnya dibangun dengan menggebu-gebu, setelah sekian puluh tahun rontok, atau paling tidak mati suri. Tragis memang.
Kita boleh menengok kebelakang saat Indonesia memasuk masa krisis 1998, saat itu Suharto sedang berada pada akhir kekuasaannya, namun, ia tak mempertahankannya seperti yang sudah-sudah – padahal kalau ia mau, ia mampu menggerakkan militer untuk meredam itu semua. Akan tetapi Suharto dengan legowo harus mengakui bahwa masanya telah usai. “Saya barangkali tidak dipercaya oleh rakyat, saya akan menjadi pandito, akan mendekatkan diri dengan Tuhan. membimbing anak-anak supaya menjadi orang yang baik, kepada masyarakat bisa memberikan nasihat, bagi negara tut wuri handayani" (BJ Habibie, Detik-detik yang Menentukan, THC Mandiri, 2006)
Dan apa yang terjadi, Indonesia dilanda berbagai macam konflik sosial. Timor-timor lepas dari NKRI, nilai dollar meroket hingga menembus angka Rp.15.000-an/dollar, kejahatan meningkat tajam. Sebuah negara yang telah dibangun susah payah selama 50-an tahun seakan-akan tak tersisa. Pemerintahan seolah-olah tak mempunyai kuasa untuk mengelola negeri ini. Indonesia yang dibanggakan selama ini, hanya tersisa satu bahasa yang sebagai pengikat, satu nusa dan satu bangsa entah dimana disimpan, ironis memang.
Saya tak akan melanjutkan itu semuanya, karena semuanya serba tahu dan memiliki pemahaman yang sama atau bahkan berbeda sama sekali. Namun yang bisa dipetik dari peristiwa itu yaitu tak adanya regenerasi kepemimpinan dalam negeri itu yang akhirnya terpatri di kepala kita “yang itu-itu saja”. Tat kala “yang itu saja” sudah tak dipercaya, maka “sosok baru” untuk meneruskan roda pemerintahan akan sulit melakukannya. Seolah terputus sama sekali.
Begitu pula dalam halnya berorganisasi, apalagi organisasi kemahasiswaan yang diikat oleh emosional belaka. Sangatlah naif jikalau kita berharap sangat tinggi terhadap generasi yang “sangat baru” untuk mengikuti titah “sang penemu” lembaga. Arah organisasi kemahasiswaan sangat ditentukan oleh orang-orang yang ada dalam struktur dan anggota yang menjalankannya. Berbeda teknik pengorganisasian dengan pendahulu itu hal yang sangat lumrah, namun tujuan utama tak ditinggalkan.
Ada beberapa hal yang secara kasat mata dapat kita lihat perubahannya. Pertama, tidak adanya transformasi model kelembagaan yang ideal yang ingin diwujudkan bersama. Hal ini penting, dikarenakan semenjak beberapa periode kepengurusan KSR-PMI Unram menganut model yang berdasarkan keinginan “pemimpin” atau segelintir orang. Sehingga arah organisasi menjadi hambar dan kabur dari awalnya. Walaupun dalam ADRT telah diperinci dengan jelas, namun dalam pelaksanaanya seringkali berbeda.
Contoh kecil saja ingin saya sampaikan, adanya ide untuk lepas dari PMI Cabang Mataram dengan langsu menjadi unit tersendiri. Padahal sebagai ide awal (ini yang saya tangkap) keberadaan KSR-PMI Unit Universitas Mataram adalah untuk mem-backup keberadaan PMI Cabang Mataram, bukan malah untuk melepaskan. Walaupun memang KSR dari segi kualitas dan kuantitas memang lebih baik, namun secara komando/struktur, KSR menjadi bagian dari unit cabang. Dan hal itu menjadi hal yang selalu diungkit-ungkit. Nah inilah yang menjadi ketidakjelasan dari anggota.
Kedua, tidak adanya regenerasi kepemimpinan. Sebagaimana awal tulisan di atas, jiwa kepemimpinan bukanlah suatu yang datang dengan tiba-tiba, namun melalui sebuah proses yang “cukup panjang” dalam berorganisasi. Tidak mesti ada “anak emas”, ya kalau anak emas tersebut mau ataupun memenuhi syarat adminsitrasi, kalau tidak khan cari pemimpin alternatif. Semestinya dalam transformasi kepemimpinan berjenjang, dan memberikan keluasaan untuk mengapresiasikan kemampuannya. Sehingga jikalau ada deadlock masih ada alternatif yang tidak jauh kemampuannya. Dan perlu diingat, dalam organisasi kemahasiswaan, seorang pemimpin haruslah ikhlas dan kreatif. Bukan sekadar sebagai pekerja tapi sebagai kreator dan inovator.
Ketiga, tidak adanya sosok yang mampu mengayomi. Hal ini sudah terlihat pada beberapa kepengurusan yang sepertinya belum atau tidak mampu mencari sosok atau menjadi sosok untuk dapat membimbing berdasarkan porsinya. Hal ini memang agak sulit, namun seringkali pengurus atau anggota disaat yang “genting” tidak memiliki tempat untuk bertukar pikiran. Dan seringkali pengurus dan anggota “disalahkan” sehingga terbesit untuk antipati.
Seperti yang diungkapkan kedua senior kita Kak Aan dan Kak Zamy, memang menjadi masukan ataupun kritikan. Tapi, perlu diingat, apa yang terjadi saat ini mungkin kondisinya jauh berbeda dengan yang dulu. Berbagai kemudahan, masuknya perubahan dan kemajuan tekhnologi telah mempengaruhi pola pikir adik-adik kita. Dan tidak semestinya kita terlalu menyalahkan apa yang terjadi pada mereka, sebab kondisi yang mereka lakukan saat ini merupakan bentuk dari proses-proses kita yang “gagal” untuk mempersiapkan mereka.
Secara pribadi, kondisi KSR-PMI unit Unram bukanlah dalam proses kemunduran. Lebih tepatnya mencari format baru yang sesuai dengan kondisi sekarang. Dan juga semestinya kita (alumni) mahfum dengan hal tersebut. Sebagai contoh, tak perlulah kita membentuk rasa kebersamaan dengan makan beramai-ramai dalam satu narai, atau wajib tidur di sekretariat. Masih banyak hal yang dapat memupuk kebersamaan. Dan itu tugas dari kita bersama.
Apapun yang terjadi di KSR-PMI unit Unram saat ini merupakan suatu proses untuk mencari bentuk yang ideal. …seperti digambarkan oleh musik tradisional, kalian selalu menunggu pemimpin yang akan membawa ke kejayaan, bukannya tiap orang mengatakan bahwa dialah pemimpin yang membawa kepada kejayaan itu…- dialog dalam roman “BUMI MANUSIA”, Pramoedya Ananta Toer -
Biarkan mereka berkreasi dengan ide-idenya.... seperti kata Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodo, ing madyo mangun karso... kita hanya memberikan nasihat dan arahan untuk adik-adik kita menjadi lebih baik ..... Bravo KSR-PMI Unit Unram ....
***
Oleh : Eko Susilo
Alumni KSR, yang sempat menambah pulau-pulau di bantal sekretariat





Senin, 29 Maret 2010

Pengukuhan KSR-PMI Unit Universitas Mataram 2010


Pengukuhan Diksar XXII KSR-PMI Unit Unram merupakan kegiatan pertama yang dipegang langsung oleh Ketua Umum KSR periode 2009/2010, setelah ia menyelesaikan masa KKN-nya.
Pengukuhan yang lagi-lagi dilaksanakan di kediaman “AMAQ” yang berlokasi di Kekait Gunung Sari ini dilaksanakan pada tanggal 7-8 Maret 2010. Kegiatan yang diibaratkan sebagai adik kandung dari DIKSAR ini ternyata hanya diikuti oleh 30 orang dari total 35 orang peserta Diksar XXII yang berasal dari Universitas Mataram.
“Kegiatan kali ini tidak diikuti oleh semua peserta DIKSAR XXII karena ada halangan dan lain hal, peserta yang ikut 30 orang dari 35 peserta, 5 peserta berhalangan karena sedang sakit, ” ungkap Koordinator pengukuhan, Bambang Ryanto.
Persiapan pengukuhan diakui oleh BeBe, sapaan akrab Bambang yang juga merupakan ketua panitia DIKSAR XXII ini, memang sangat singkat, rapat persiapan saja dilaksanakan pada H-3 sebelum kegiatan dan TM baru dilaksanakan pada hari Jum’at, 6 Maret 2010.
Persiapan panitia memang sangat singkat, tapi berkat kerjasama dari panitia, kegiatan ini berjalan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan namun berkat kegigihan dan semangat panitia, kekurangan itu semua dapat tertutupi,” lanjut Bebe.
Pengukuhan diawali dari pelepasan peserta oleh ketua umum yang harus melewati pos-pos yang ada, mulai dari pos PP hingga pos PK, lalu dilanjutkan dengan keakraban dan pembagian biro pada malam harinya. Pada hari berikutnya peserta menjalani latihan biro yang dilanjutkan dengan simulasi. Lalu peserta harus mengevakuasi korban hingga ke lokasi pengukuhan. Rangkaian acara pengukuhan diakhiri dengan renungan yang kali ini di pimpin oleh Kak Bedy Saparwadi, SE, renungan ini berlangsung syahdu sehingga banyak peserta yang menitikkan air mata.
Danu, salah satu peserta pengukuhan mengungkapkan pendapatnya mengenai jalannya pengukuhan. “Pengukuhan sebelumnya dipikiran para peserta tidak ada kekerasan seperti DIKSAR. Awalnya acara pengukuhan berjalan sangat asyk, namun saat simulasi peserta sudah pada lemes, capek. Namun seperti halnya DIKSAR, ujung-ujungnya tetap menyenangkan”.
“Pengukuhan ini merupakan ajang untuk mempererat ikatan antara panitia dan peserta, yang nantinya akan menjadi generasi penerus KSR selanjutnya”, ujar Asmawan, Ketua Umum KSR periode ini yang sempat di “ceburin” ke kolam oleh kak Wardi, salah seorang alumni KSR.
“Terima kasih buat semua panitia dan juga semua pihak yang mendukung, yang tidak neti-hentinya mengomel untuk kemajuan kita, berkat omelan kakak-kakak tercinta, kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar. Terima kasih semua….,” ucap Bebe mengakhiri perbincangan sore ini.
***
Ditulis oleh: Raden Roro Reny, S.pd
KSR-07-.561-UM.





Review www.bulletin-voluntary.blogspot.com on alexa.com

Minggu, 28 Maret 2010

Wisata: Pesona Pantai Maluk di Sumbawa Barat


Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki obyek wisata pantai yang tak kalah eksotisnya dengan Bali. Salah satu objek wisata pantai di NTB yang namanya sudah mulai dikenal adalah Pantai Senggigi. Sebenarnya bukan cuma Pantai Senggigi yang dapat dijadikan obyek wisata di NTB. Jika pelancong punya cukup banyak waktu, objek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa Barat layak untuk dikunjungi.
Di Kabupaten Sumbawa Barat ini terdapat beberapa obyek wisata pantai. Mulai dari Pantai Maluk, Pantai Sekongkang, Pantai Tropical, hingga ke Pantai Jelengah. Dari obyek wisata pantai yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat ini, Pantai Maluk merupakan obyek yang paling banyak menarik minat wisatawan.
Untuk mengunjungi Pantai Maluk ini tidak terlalu sulit. Sarana transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan tersedia setiap saat. Dari Ibu Kota NTB, Mataram, dibutuhkan waktu sekitar enam jam untuk sampai ke Pantai Maluk. Sekitar dua jam perjalanan menggunakan feri dari Pelabuhan Kayangan Lombok. Selebihnya perjalanan ditempuh melalui jalur darat.
Pantai Maluk terdapat di Desa Maluk, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat. Dari Pantai Maluk ini wisatawan bisa melihat pesona keindahan Teluk Maluk. Bukan hanya itu. Pantai Maluk kerap dijadikan oleh wisatawan sebagai arena berselancar. Tak heran apabila peselancar kelas dunia senantiasa mengagendakan kegiatan di Pantai Maluk.
“Ombak di Pantai Maluk ini telah masuk dalam daftar ombak terbaik bagi peselancar dunia,” jelas Eldiman, salah seorang pengelola papan selancar di Pantai Maluk yang ditemui SH belum lama ini. Oleh para peselancar, ombak di Pantai Maluk diberi julukan Super Suck. Julukan ini diberikan karena ombak yang menuju daratan terpecah oleh sebuah tanjung.
Oleh penduduk setempat, tanjung tersebut dinamai Tanjung Ahmad. Pecahan ombak ini menggulung hingga ketinggian di atas dua meter. Ombak tersebut terus bergulung-gulung hingga seolah menyedot para peselancar yang mencoba menaklukkannya. Menurut Eldiman, hanya peselancar yang piawai bermain di atas papan selancar saja yang mampu menaklukkan ombak Super Suck Pantai Maluk.
Jika wisatawan tidak membawa papan selancar, tak perlu kuatir. Eldiman menyebutkan pihaknya siap menyewakan papan selancar. Menyangkut tarif sewa, tidak ada tarif tertentu. “Kadang kami malah meminjamkannya dengan gratis,” timpal Eldiman. Dengan ombak yang begitu menantang, tak heran jika Pantai Maluk menjadi ajang pamer kemahiran para peselancar yang datang dari berbagai penjuru dunia. Biasanya mereka datang pada saat-saat hari libur. Suasana pantai yang masih tergolong sepi, membuat wisatawan menjadi lebih enjoy.
Memang dibandingkan dengan obyek wisata pantai di Bali, Pantai Maluk belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Pantai Maluk masih kalah populer dibandingkan dengan Pantai Kuta maupun Pantai Sanur. Padahal dari segi pesona eksotisnya, Pantai Maluk tak kalah. Pasirnya yang putih dan lembut serta matahari yang memancarkan sinar terik, bisa membuat wisatawan betah berjemur. Bagi wisatawan yang tidak ingin berjemur atau berselancar, dapat menghabiskan waktu dengan bermain kano. Setiap kano dapat disewa dengan tarif sebesar Rp 5.000 per jam.
Masakan Laut
Puas berjemur, berselancar maupun bermain kano, wisatawan dapat mengisi perut dengan berbagai masakan laut yang membangkitkan selera. Menikmati sea food sembari menyaksikan gulungan ombak berkejar-kejaran memang sangat nikmat. Kendati mulai banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, sayangnya fasilitas yang ada masih perlu dibenahi. Memang fasilitas di Pantai Maluk terkesan masih minim. Memang fasilitas seperti pancuran terbuka, rumah makan, arena voli pantai serta fasilitas bermain anak-anak telah tersedia. Hanya saja fasilitas tersebut kapasitasnya masih minim.
Menurut Kepala Desa Maluk, Mukhlis HM, fasilitas yang ada saat ini sebenarnya jauh memadai dibandingkan beberapa tahun lalu. “Sekitar empat tahun lalu Pantai Maluk masih banyak ditumbuhi oleh semak belukar. Sekarang jauh lebih baik,” ujar Mukhlis.
Masalah lain barangkali berkaitan dengan fasilitas menginap. Memang telah ada hotel dengan tarif berkisar Rp 150.000 - Rp 250.000 per hari. Namun fasilitasnya masih terkesan seadanya. Belum dikelola secara profesional dan serius. Meski demikian, dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya di Sumbawa Barat, fasilitas di Pantai Maluk sesungguhnya jauh lebih memadai. Di Pantai Sekongkang, misalnya, bahkan fasilitas yang tersedia boleh dibilang tak memadai. Kurangnya promosi membuat Pantai Sekongkang kalah pamor dibandingkan dengan Pantai Maluk.
Padahal ombak Pantai Sekongkang ini pun telah masuk kategori ombak terbaik di dunia bagi kalangan peselancar. Oleh para peselancar, ombak Pantai Sekongkang dijuluki dengan Ombak Yoyo. Pasalnya, gerakan ombak di Pantai Sekongkang ibarat mainan yoyo yang terayun-ayun naik turun kala dimainkan oleh anak-anak.
Di masa mendatang potensi obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa Barat memang masih dapat dioptimalkan. Jika digarap dengan serius, bisa jadi pesona pantai nan eksotis Sumbawa Barat mampu menggeser popularitas Bali sebagai destinasi wisatawan dunia.
***
sumber: sinarharapan.co.id




Review www.bulletin-voluntary.blogspot.com on alexa.com

Sabtu, 27 Maret 2010

Benarkah Sayuran Beku Lebih Bergizi?


Ingin mendapatkan manfaat maksimal dari sayur-sayuran? Cobalah mulai dari sekarang membiasakan diri mengonsumsi sayuran beku.
Menurut sebuah laporan di Inggris, produk sayuran yang dibekukan mengandung lebih banyak nutrisi penting ketimbang sayuran segar. Sayuran beku diyakini lebih berkualitas dibandingkan dengan sayuran segar yang kadar nutrisinya dapat berkurang hingga 45 persen sampai saatnya dikonsumsi.
Sudah menjadi hal lumrah jika suatu produk sayuran butuh waktu hingga berhari-hari untuk sampai menjadi hidangan. Bahkan di Inggris, waktu yang diperlukan bisa mencapai dua minggu lamanya. Meski demikian, suatu survei menyatakan, 80 persen konsumen beranggapan sayuran segar di supermarket berumur kurang dari empat hari setelah dipanen.
Guna mempertahankan kandungan nutrisi penting dalam sayuran, para ahli dari Institute of Food Research, Inggris, menganjurkan produk sayuran sebaiknya langsung dibekukan setelah dipetik dari kebun.
Dari penelitian terungkap, setelah melewati 16 hari, beberapa jenis sayuran mengalami penurunan kandungan nutrien-nya. Buncis, misalnya, kehilangan 45 persen nutrien, brokoli dan kembang kol turun 25 persen, kacang kapri hingga 15 persen, dan wortel mencapai 10 persen.
”Kandungan nutrisi dari sayuran segar akan mulai menurun sejak menit pertama mereka dipetik. Ini berarti penurunan itu terjadi hingga mereka sudah terhidang di piring kita. Meski begitu, kita kerap menyangka mendapatkan manfaat sayuran yang seutuhnya, padahal tidak demikian faktanya,” ungkap pakar nutrisi, Dr Sarah Schenker.
Sementara itu, juru bicara American Dietetic Association, Keri Gans, R.D, mendukung temuan ini. ”Sayuran beku dapat menjadi pilihan yang bernutrisi bagi mereka yang punya banyak waktu untuk memasak,” ujarnya.
”Mereka (sayuran) ini dibekukan saat dalam kondisi puncak kematangan. Jika dalam kondisi fresh, Anda tak tahu sudah berapa lama sejak sayuran ini dipetik. Selain itu, sayuran beku akan tetap dalam kulkas tanpa menjadi busuk. Salama mereka siap untuk dipotong, itu akan memudahkan untuk dimasak,” ujarnya.
Ia menambahkan, sayuran beku juga dapat memudahkan konsumen membagi asupan sayuran yang direkomendasikan setiap hari, yakni tiga hingga lima porsi penyajian.
***
sumber: kesehatan.kompas.com



Kuliner: Londe Puru (Khas NTB)


Bahan:
2 ekor ikan bandeng sedang, bersihkan
2 sdm jeruk nipis
1/2 sdt garam
Sambal, aduk rata:
3 bh bawang merah, iris
4 bh cabai merah, iris
5 bh cabai rawit merah, iris
50 ml air jeruk nipis
1/4 sdt garam
Cara membuat:
1. Bersihkan bandeng, kerat-kerat badannya, lumuri air jeruk nipis dan garam, sisihkan.
2. Bakar bandeng di atas bara api sambil dibolak balik hingga kecokelatan dan matang, angkat, sisihkan.
3. Sambal: campur bawang merah, cabai merah, cabai rawit merah, air jeruk nipis dan garam, aduk rata.
4. Sajikan bandeng panggang dengan sambal.
Untuk 5 orang




Review www.bulletin-voluntary.blogspot.com on alexa.com

Jumat, 26 Maret 2010

Humor Gus Dur : Pasar Glodok


Suatu hari Gus Dur berkeliling dunia dengan naik pesawat. Dia mengundang Clinton dan Hosni Mubarak untuk menyertainya. Ketika di tengah perjalanan, Clinton memamerkan kebanggaan negerinya.
“Wah, kita sedang berada di New York!”
“Loh kok bisa tahu?” tanya Gus Dur
“Ini patung Liberty kepegang sama saya,” jawab Clinton.
Kemudian selang beberapa lama giliran Mubarak yang angkat bicara “Sekarang kita berada di Mesir,” ujarnya
“Loh kok bisa tahu?” tanya Gus Dur
“Ini piramidnya nyentuh bokong saya,” jawab Mubarak.
Akhirnya Gus Dur pun tidak mau kalah dan angkat bicara “Sekarang kita sudah tiba di Pasar Glodok, Indonesia!” ujarnya
“Bagaimana Anda bisa tahu?” tanya Clinton dan Mubarak bersamaan.
“Ini buktinya, jam tangan saya hilang,” ujar Gus Dur.



Kamis, 25 Maret 2010

Mengenal Penyakit : Gangguan Pencernaan


Deskripsi
Gangguan pencernaan - juga disebut dispepsia atau sakit perut - adalah istilah umum yang menggambarkan ketidaknyamanan di perut bagian atas. Gangguan pencernaan bukanlah penyakit, melainkan kumpulan gejala, termasuk kembung, bersendawa dan mual. Meskipun gangguan pencernaan umum dirasakan orang, tiap orang mengalami gangguan pencernaan yang berbeda-beda.
Gejala
Banyak orang dengan gangguan pencernaan memiliki satu atau lebih dari gejala berikut:
* Merasa sudah kenyang makan meski yang dimakan relatif sedikit.
* Rasa kenyang yang berlangsung relatif lama.
* Sakit di perut bagian atas. Rasa sakit ringan sampai berat timbul di daerah antara bagian bawah tulang dada (sternum) dan pusar.
* Sensasi panas di perut bagian atas.
Gejala lain yang sering mengikuti, antara lain:
* Mual
* Perut terasa bengkak, keras dan tidak nyaman.
Perawatan
Perawatan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup - terutama menghindari makanan yang berpotensi mengganggu pencernaan. Perawatan lain adalah dengan obat. Sebagian besar obat tersebut dirancang untuk mengurangi asam lambung atau membantu mendorong makanan dari lambung ke usus kecil.




Rabu, 24 Maret 2010

Khasiat Herbal: Singkong


Deskripsi:
Singkong (Manihot esculenta) merupakan makanan purba. Jaman dulu, singkong adalah makanan pokok masyarakat kuno sebelum ditemukan budidaya beras, jagung, atau gandum. Kini terbukti bahwa salah satu jenis umbi-umbian ini ternyata berkhasiat dalam mencegah kanker dan tumor.
Kandungan:
* Umbi
- vitamin (A, B1, C)
- kalsium
- kalori
- fosfor
- protein
- lemak
- amilum
* Daun
- Vitamin (A, B17, dan C)
- Kalsium
- Kalori
- Fosfor
- Protein
- Lemak
- Hidrat arang
- Zat besi.
Khasiat:
Secara empiris singkong berfungsi untuk kesehatan tubuh, antara lain untuk:
- mencegah kanker
- mencegah tumor
Rasionalisasinya, kandungan B17 dalam daun dan umbi singkon merangsang hemoglobin sel darah merah. Umumnya, penyakit manusia disebabkan oleh kurangnya jumlah sel darah merah. Perlu dicatat, dalam beberapa etnis yang terbiasa mengkonsumsi singkong, kasus kanker jarang terjadi.



Selasa, 23 Maret 2010

Seruan PMI untuk Cegah Penyebaran Virus Influenza


Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan aksi kampanye sekaligus mengajak masyarakat untuk mencegah penyebaran virus influenza yang tengah merebak saat ini. Kampanye ini dilakukan sebagai antisipasi kemungkinan berkoalisinya virus H5N1 dan H1N1 yang telah masuk ke Indonesia.
Kondisi ini juga dapat diperparah mengingat saat ini penyebaran flu H1N1 telah mengalami peningkatan dari fase 5 menjadi fase 6 atau telah terjadi pandemi. Virus influenza ini menyebar sangat cepat dan luas di beberapa benua.
Ada kemungkinan virus H1N1 dan H5N1 dapat mengalami perkembangan. Parahnya adalah jika virus H1N1 dan H5N1 saling berkoalisi, maka akan menimbulkan bahaya yang besar, mengingat H5N1 dengan mortalitas yang tinggi sedangkan H1N1 dengan penularan yang cepat. Virus ini belum bisa dimusnahkan, jadi kita menggugah masyarakat untuk bisa melakukan pola hidup sehat dengan sanitasi yang baik dan higienis.
Melalui kampanye ini PMI mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan mencegah penyebaran virus influenza dengan melakukan tindakan yang paling sederhana, yaitu:
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah beraktivitas
2. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tissue atau lengan baju
3. Jangan memegang mata, hidung dan mulut karena virus dapat menyebar melaluinya
4. Cegah kontak dengan orang sakit dan tinggalah di rumah kalau Anda sakit.
Di dunia, kasus penyebaran virus influenza telah dikonfirmasi di lebih dari 100 negara. Data WHO menyebutkan, sebanyak 89.921 pasien positif menderita virus H1N1 dan 382 orang telah meninggal dunia. Di Indonesia sampai saat ini terdapat 20 kasus positif influenza H1N1 (Data Komnas Flu Burung).
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
dr. Lita Sarana, Kepala Divisi Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat Markas Pusat PMI, Tlp. 021-799 2325, ext.224 atau Hp. 0815 861 89700,
Rafiq Anshori, Koordinator Program Flu Burung dan Pandemi Influenza Markas Pusat PMI, Tlp. 021-799 2325, ext. 204 atau Hp. 0813 9388 9969.
Kontak Media: Aulia Arriani, Hp. 0816 795 379.
***
sumber: pmi.or.id



Senin, 22 Maret 2010

Biasakan Memasak untuk Sekali Makan Saja


Banyak perempuan yang malas memasak, karena memasak membutuhkan persiapan dan waktu khusus. Padahal bila Anda pandai meramu dan berekperimen maka memasak akan menjadi hobi, bukan sekadar tugas.
Anda hanya perlu mengandalkan kreativitas, memiliki ide yang variatif, tahu komposisi yang seimbang, dan tahu cara menyiasati agar bisa menyingkat waktu saat memasak.
Mulailah aktivitas memasak dengan menyiapkan variasi menu dan bahan-bahannya.
''Usahakan bumbu-bumbu siap pakai atau bumbu matang sudah ada dalam lemari es,'' ujar Sisca Soewitomo, pakar dan praktisi masakan dalam talkshow "Masakan Ibu-Cinta, Kreasi, dan Apresiasi" yang digelar oleh Royco di Plaza Bapindo, Kamis (11/3/2010).
Rajin-rajinlah membaca buku resep, majalah, dan tabloid kuliner supaya Anda mendapatkan inspirasi dalam menu masakan.
''Gunakan resep yang simpel dan tidak membutuhkan banyak bumbu masakan,'' sarannya.
Contohnya sup. Bumbu masakan ini tergolong banyak. Belum lagi bahan isian seperti sayuran atau daging ayam atau daging sapi.
Agar tidak merepotkan, pilih cara praktis untuk menghemat waktu dan tenaga. Daripada mengulek atau menghaluskan bumbu, beli saja bumbu instan atau bumbu basah siap pakai. Anda juga bisa membeli ayam tanpa tulang siap masak, atau variasikan dengan sosis dan bakso (ikan, ayam, atau daging). Begitu juga dengan sayur. Jika Anda ingin lebih praktis gunakan saja sayur kaleng atau sayuran beku.
Sebaiknya Anda memasak untuk satu kali makan saja. Sebab biasanya keluarga akan bosan dan menolak makan makanan yang sama. Usahakan juga memasak 1 jam sebelum waktu makan, supaya tampilan masakan secara visual masih bagus. ''Selain itu masakan masih wangi dan membangkitkan selera makan,'' imbuh Sisca.
Memasak juga ada triknya. Contohnya tahu sutra. Tahu sutra atau egg tofu sering hancur saat digoreng. Rahasia menggoreng tahu jenis ini adalah membalurkan terlebih dahulu pada tepung maizena agar kadar air dalam tahu bisa diserap. Tahu pun tak akan hancur saat digoreng atau dimasak.
Trik-trik simpel seperti ini memang sepele. Tetapi Anda tidak akan tahu jika tidak punya referensi atau jarang membaca. Lengkapi juga pengetahuan Anda dengan banyak membaca.




Minggu, 21 Maret 2010

Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan

Tulisan ini adalah Juara 1 Karya Ilmiah Remaja (KIR)
dalam lomba :
Karya Tulis Kepalangmerahan (KTK) LOKETPRAJA se-NTB & BALI
KSR-PMI UNIT UNIVERSITAS MATARAM - 11 Juli 2009
Dengan tema :
“Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan”
Ditulis oleh:
1. Heny Wulandari
2. Novian Kasidi
3. Ahmat Julianto
SMK NEGERI 3 MATARAM
Jln. Pendidikan No. 47 Mataram Telp. (0370) 635347
***
Kata Pengantar
Bercermin dari diadakannya konfrensi sanitasi nasional 2007 lalu yang berawal dari kekhawatiran terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Meskipun menurut data statistik tahun 2006 cakupan layanan sanitasi untuk air limbah sudah cukup tinggi, yaitu 69,34%, namun data ini tidak menjelaskan kualitas fasilitas sanitasi tersebut, apakah masih berfungsi dengan baik, apakah digunakan sesuai dengan peruntukkannya, apakah sesuai dengan standar kesehatan maupun teknis yang telah ditetapkan dan sebagainya. Masalah sanitasi yang kami soroti khususnya mengenai tersedianya sarana MCK terutama WC . Hal ini dapat diindikasikan dengan masih banyaknya kejadian-kejadian wabah penyakit yang terkait dengan kualitas sanitasi yang buruk.
Dalam penulisan karya ini, penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyumbangkan karya tulis yang berjudul “WC Juga BUTUH PERHATIAN” ini. Dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait hingga dapat selesainya kaya tulis ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua oranng, guna terciptanya sanitasi yang baik bagi seluruh masyarakat dan guna terciptanya kesehatan kita bersama.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penjelasan Istilah Judul
Istilah yang terdapat dalam karya tulis ini adalah WC, BUTUH, dan PERHATIAN.
1. WC
WC adalah singkatan dari Water Closet yang merupakan istilah yang memiliki makna sama dengan kakus, dan jamban. Jadi WC/jamban/kakus adalah tempat melakukan pembuangan kotoran manusia baik buang air besar (B.A.B) maupun buang air kecil (B.A.K) salah satu bagian dari sarana sanitasi(Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘pemelihara kesehatan’. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Notoatmojo, 1997).
2. BUTUH
Butuh adalah hajat, kebutuhan, keperluan, zakar. Jadi yang dimaksud dengan butuh dalam karya tulis ini adlaah bahwasanya WC/Jamban memerlukan atau membutuhkan sesuatu agar bisa terawat dan layak pakai.
3. PERHATIAN
Perhatian adalah memperhatiakan, minat, mengamati. Jadi yang dimaksud dengan perhatian dalam karya tulis ini adalah suatu kepedulian, tindakan, dan upaya untuk menjaga dan menciptakan suatu lingkungan hidup yang sehat melalui kebersihan sanitasi kita yaitu WC atau jamban.
B. Permasalahan
• Latar Belakang Masalah
Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘pemelihara kesehatan’. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Notoatmojo, 1997).
Menurut Kusyanto (2007), berdasarkan data dari BPS (2004) ternyata bahwa proporsi rumah tangga di perkotaan di Indonesia yang menggunakan septic tank dan cubluk adalah 80,45 persen dan di perdesaan sebesar 57,26 persen (tidak mempertimbangkan kualitas sarana) dengan tingkat kepemilikan jamban keluarga di perkotaan 73,13 persen dan di perdesaan 53,1 persen. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pemukiman masyarakat belum memenuhi standar sanitasi lingkungan yang sehat. Sanitasi dasar seperti masih jarang ditemukan di rumah-rumah warga. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang berdasarkan pengamatan memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Keberadaan jamban-jamban pribadi ini juga kondisinya secara fisik tidak terawat dengan baik.
Umumnya jamban-jamban yang dimiliki oleh warga dibangun berada disamping rumah tempat tinggal mereka. Bangunannya pun terbuat dari bahan-bahan yang sederhana seperti dinding dari seng atau daun kelapa yang telah dianyam, tidak dibuatkan atap dan banyak juga yang tidak memiliki pintu. Bangunannya yang tidak permanen ini membuat kondisi fisik jamban tersebut nampak tidak terpelihara dengan baik. Namun, kebersihan dalam jamban cukup terjaga. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hanya sekitar 9,3 % jamban yang berbau. Kotoran atau sampah dijumpai pada sekitar 17% kloset atau jamban. Sebagian besar klosetnya selalu terbuka (95,5 %), hanya sekitar 4,5% jamban yang klosetnya tertutup.
Selain itu, yang menjadi persoalan dalam kaitannya dengan jamban ini adalah keterbatasan ketersedian air. Hanya sekitar 34% jamban yang diamati yang memiliki persediaan air di bak air. Selebihnya tidak memiliki air atau airnya sangat sedikit/terbatas. Dari para pemilik jamban diperoleh informasi bahwa mereka mengambil air hanya ketika diperlukan saja.
Begitu banyak permasalahan yang ada terlait dengan sanitasi terutama jamban ini. Entah dari segi ketersedian sarana dan prasarananya maupun dampak yang ditimbulkan akibat dari kurangnnya pemahaman tentang sanitasi yang baik terutama standarisasi jamban yang sehat.
Air minum yang terkontaminasi oleh kotoran, sampah atau limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga atau letak sumur yang dekat dengan jamban belum mengkhawatirkan. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya kepemilikan jamban pribadi. Dari hasil pengamatan, hanya 11,8% kemungkinan terjadinya kontaminasi air yang disebabkan oleh tinja yang berasal dari septik tank.
• Perumusan masalah
Bagaimana caranya agar kita bisa bersama-sama menciptakan kondisi sarana MCK yang sehat yakni WC yang sehat .
C. Tujuan
Dengan karya tulis ini penulis berharap bisa membukakan mata kita akan pentinggnya sarana MCK seperti WC agar kita bias memperhatikan bahwa ternyata hal-hal kecil seperti WC yang merupakan suatu kebutuhan wajib dari setiap manusia yang wajib ada agar kita tidak hanya bisa menggunakan namun juga bias merawat, menjaga serta tau bagaimana sebenarnya WC yang baik.
Bab II
Pembahasan
1. Pentinggnya Keberadaan WC
WC (Water Closet) atau yang biasa kita sebut jamban merupakan salah satu sarana sanitasi MCK yang sangat penting. Wc berfungsi sebagai tempat pembuangan air besar maupun air kecil. Keberadaannya tidak bias dipungkiri merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap rumah, seharusnya begitu. Tapi pada kenyataannya tidak semua rumah memiliki jamban. . Hanya sebagian kecil rumah tangga yang berdasarkan pengamatan memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Keberadaan jamban-jamban pribadi ini juga kondisinya secara fisik tidak terawat dengan baik.
Bila dilihat dari data yang tersedia di BPS, secara umum tingkat aksesibilitas masyarakat (rumah tangga)terhadap jamban di kategorikan tinggi, (67.1%). Yang menjadi masalah adalah data ini tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan. Data ini tidak menjelaskan kualitas jamban, apakah berfungsi dengan baik, apakah digunakan sesuai peruntukkannya, apakah sesuai standar kesehatan maupun teknis.
Penulis telah sedikit mengambil sample dari setidaknya teman-teman sekolah saya dengan beberapa pertanyaan seperti sebagai berikut.
1. ruang terpenting mana yang ada dirumahmu??
Jawabannya 90% dari seluruh teman yang saya tanyakan memasukkan WC sebagai salah satu dari 3 besar ruang terpenting yang ada dalam rumahnya.
2. seberapa sering siswa sering ke kamar mandi.
Jawabannya adlalah jawabannya adalah merela setiap hari pasti ke kmar mendi terkecuali sedang ada maslah dengan kesehatan pencernaannya.
3. seberapa penting WC/jamban menurutmu?
Jawabannya 90% siswa menjawab sangat penting, 10% menjawab penting.
Catatan: perlu diketahui hasil sample diatas berdasarkan jawaban 10 siswa yang dipilih secara acak.
Mentri kesehatan sebelumnya memang telah melakukan upaya mengatasi permaslaahan kurang ketersediaannya jamban bagi warga miskin bekerja sama dengan pihak-pihak daerah setempat yakni dengan membangun jamban gratis bagi penduduk tidak mampu. Namun hal ini dihentikan begitu memasuki tahun 2008. itu disebabkan karena menskes berfikir setelah melihat bahwa ketika masyarakat pun dibuatkan jamban gratis malah permasalahan muncul lagi baik dari segi tidak terawatnya jamban mereka serta dampak negative lain yang ditimbulkannya. Menteri beranggapan bahwa permasalahan jamban merupakan suatu pola hidup yang mencerminkan kepribadian masyaraktnya. Jadi beliau ingin agar masyarakt lebih memiliki kesadaran sendiri untuk itu, dan jika sudah mereka tentu akan lebih menjaga dna merawat jamban mereka. Hingga tidak akan ada lagi permasalahan-permasalahan terkait jamban yang akan ditimbulkan.
Dari penjelasan-penjelasan diatas baik dari latar belakang hingga memaparkan pentingnya jamban, penulis berharap bahwa kita benar-benar sadar akan hal itu. Tapi ada hal mengherankan terkait satu hal itu, yakni tidka ada satupun dari capres dan cawapres dinegeri ini yang mengungkit tentang perbaikan terhadap sanitasi masyarakat Indonesia yang sangat buruk. Apakag jamban merupakan permasalahn sepele??..tentu jawabannya tidak. Jamban adalah permaslaahan yang sangat penting yang saat ini butuh perhatian kita bersama, bukan saja pemerintah namun jug akita sebagai masyarakat dna penduduk Indonesia.
a. standarisasi jamban/wc sehat
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
7. Keadaan daerah datar atau lereng;
8. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
9. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
10. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
11. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
12. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
PENGGUNAAN
13. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
14. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
15. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
PEMELIHARAAN
16. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.
17. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
18. Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
19. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
20. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.
KEUNTUNGAN
21. Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang tinggi.
22. Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat penuh.
23. Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher angsa.
24. Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
25. Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
26. Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dari awal penulis memaparkan tentang bagaimana keadaan sarana sanitasi di Negara kita yakni keberadaan WC sebagai sarana MCK yang seharusnya wajib ada kini kita pertanyakan kelayakan serta keadaannya. Tidak lupa juga tentang bagaimana pentingnya sarana MCK yakni WC bagi kita sebagai salah satu cermin pola hidup sehat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “ ketika kita ingin mengetahui suatu negara tersebut maju atau tidaknya cukup dengan melihat WC umunya”. Begitu pentingkah WC sehingga ada yang mengatakan demikian. Dan diharapkan nantinya kita semua bisa peduli terhadap sarana MCK seperti WC yang sudah ada dan baik yang belum ada kit aberusaha bersmaa-sama mengupayakan keberadannya. Karena WC juga butuh perhatian.
Saran
1. Sebagai seorang siswa hendaknya kita berusaha peduli terhadap kebersihan lingkungan kita terutama jamban, dan kita bisa memulainya dari rumah kita sendiri.
2. Perlu untuk kita memberikan perhatian serius terhadap permasalahan sanitasi yang terkadang tidak kita sadari dampaknya sebelum jatuhnya korban.
3. Biasakan untuk memulai pola hidup sekarang.
***
Daftar Pustaka
- Drs. Dwi Adi K. 2001, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Fajar Mulya Surabaya.
- Lembar fakta6_SPM
- Makalah Penunjang PERILAKU HIDUP SEHAT MASYARAKAT DESA DI NUSA TENGGARA BARAT oleh Dr. Rosiady Husaenie Sayuti.
- dan dari situs-situs serta blog-blog di internet.