Serius beberapa wisatawan mancanegara menyaksikan proses pembuatan tenunan tradisional di desa Sangiang. Kebanyakan mereka tertarik karena alat tenunan masih menggunakan peralatan sederhana. “saya suka sekali dengan warna hijau”, kata Stevent scout dengan kata yang sedikit terbata ketika menyaksikan proses pembuatan tenun ikat Bima Jumat pagi (22/1) di areal pasar desa Sangiang..
Steven Scot, sebenarnya sudah lama mengenal tenunan Bima, ini kunjungan kali ketiga baginya ke Kabupaten Bima, sekaligus kunjungan pertamanya di Desa Sangiang. Stevent bahkan bisa menceritakan beberapa motif tenunan Bima yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. “iya saya kira motif tenunan di Bima memiliki ciri khas yang luar biasa”, kata Stevent. Ia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap karya cipta masyarakat Bima. Apalagi menurutnya, dengan alat yang cukup sederhana bisa menghasilkan kain yang sangat bagus, dengan motif yang bermacam-macam.
Kunjungannya ke Desa Sangian, disamping ingin melihat indahnya pesona Gunung Sangiang, juga karena ingin melihat dari dekat kehidupan masyarakat sangiang lebih dekat. “endegeneus people = kearifan budaya, di desa ini masih sangat terjaga”, bahkan Stevent menikmati kesederhanaan kehidupan masyarakat Sangiang yang masih lekat dengan alam. Para suami mencari ikan dilaut, para istri membantu suami dengan menenun kain.
Stevent terlihat jatuh cinta dengan karya tenunan Bima, “saya ingin membeli kain warna hijau ini, harga ini berapa? Tanya Stevent “kalau yang ini harganya Rp. 350.000,- kata Ina sita yang terlihat tersenyum karena kainnya laku terjual. “kain ukuran seperti ini memang harganya berkisar antara Rp. 250 ribu sampai dengan 375 ribu”, kata Ina Sita, kami tidak berani menjual dengan harga yang sudah ditetapkan, bukannya karena bule yang membeli tetapi kami ingin menjaga harganya agar bisa terjaga dan stabil, sehingga nantinya tidak akan merugikan kami juga.
H. Nurdin Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima yang ikut menerima wisatawan Mancanegara mengatakan “Dekranasda sangat intensif melakukan pembinaan kepada para penenun kain tradisional, termasuk bagaimana menjaga kualitas hasil tenunan dan penetapan harga jual. Bahkan katanya, lewat Ketua Dekranasda Kabupaten Bima Hj. Indah Damayanti Putri sering mempromosikan keberadaan kain tenunan tradisional Bima “baru-baru ini saja kata Nurdin, tenunan Bima mendapatkan apresiatif yang cukup tinggi dalam lomba rancang busana kain tenunan tradisional, bahkan mengikuti kegiatan pameran internasional seperti INACRAFT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar