Minggu, 21 Maret 2010

Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan

Tulisan ini adalah Juara 1 Karya Ilmiah Remaja (KIR)
dalam lomba :
Karya Tulis Kepalangmerahan (KTK) LOKETPRAJA se-NTB & BALI
KSR-PMI UNIT UNIVERSITAS MATARAM - 11 Juli 2009
Dengan tema :
“Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan”
Ditulis oleh:
1. Heny Wulandari
2. Novian Kasidi
3. Ahmat Julianto
SMK NEGERI 3 MATARAM
Jln. Pendidikan No. 47 Mataram Telp. (0370) 635347
***
Kata Pengantar
Bercermin dari diadakannya konfrensi sanitasi nasional 2007 lalu yang berawal dari kekhawatiran terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Meskipun menurut data statistik tahun 2006 cakupan layanan sanitasi untuk air limbah sudah cukup tinggi, yaitu 69,34%, namun data ini tidak menjelaskan kualitas fasilitas sanitasi tersebut, apakah masih berfungsi dengan baik, apakah digunakan sesuai dengan peruntukkannya, apakah sesuai dengan standar kesehatan maupun teknis yang telah ditetapkan dan sebagainya. Masalah sanitasi yang kami soroti khususnya mengenai tersedianya sarana MCK terutama WC . Hal ini dapat diindikasikan dengan masih banyaknya kejadian-kejadian wabah penyakit yang terkait dengan kualitas sanitasi yang buruk.
Dalam penulisan karya ini, penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyumbangkan karya tulis yang berjudul “WC Juga BUTUH PERHATIAN” ini. Dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait hingga dapat selesainya kaya tulis ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua oranng, guna terciptanya sanitasi yang baik bagi seluruh masyarakat dan guna terciptanya kesehatan kita bersama.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penjelasan Istilah Judul
Istilah yang terdapat dalam karya tulis ini adalah WC, BUTUH, dan PERHATIAN.
1. WC
WC adalah singkatan dari Water Closet yang merupakan istilah yang memiliki makna sama dengan kakus, dan jamban. Jadi WC/jamban/kakus adalah tempat melakukan pembuangan kotoran manusia baik buang air besar (B.A.B) maupun buang air kecil (B.A.K) salah satu bagian dari sarana sanitasi(Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘pemelihara kesehatan’. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Notoatmojo, 1997).
2. BUTUH
Butuh adalah hajat, kebutuhan, keperluan, zakar. Jadi yang dimaksud dengan butuh dalam karya tulis ini adlaah bahwasanya WC/Jamban memerlukan atau membutuhkan sesuatu agar bisa terawat dan layak pakai.
3. PERHATIAN
Perhatian adalah memperhatiakan, minat, mengamati. Jadi yang dimaksud dengan perhatian dalam karya tulis ini adalah suatu kepedulian, tindakan, dan upaya untuk menjaga dan menciptakan suatu lingkungan hidup yang sehat melalui kebersihan sanitasi kita yaitu WC atau jamban.
B. Permasalahan
• Latar Belakang Masalah
Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘pemelihara kesehatan’. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Notoatmojo, 1997).
Menurut Kusyanto (2007), berdasarkan data dari BPS (2004) ternyata bahwa proporsi rumah tangga di perkotaan di Indonesia yang menggunakan septic tank dan cubluk adalah 80,45 persen dan di perdesaan sebesar 57,26 persen (tidak mempertimbangkan kualitas sarana) dengan tingkat kepemilikan jamban keluarga di perkotaan 73,13 persen dan di perdesaan 53,1 persen. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pemukiman masyarakat belum memenuhi standar sanitasi lingkungan yang sehat. Sanitasi dasar seperti masih jarang ditemukan di rumah-rumah warga. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang berdasarkan pengamatan memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Keberadaan jamban-jamban pribadi ini juga kondisinya secara fisik tidak terawat dengan baik.
Umumnya jamban-jamban yang dimiliki oleh warga dibangun berada disamping rumah tempat tinggal mereka. Bangunannya pun terbuat dari bahan-bahan yang sederhana seperti dinding dari seng atau daun kelapa yang telah dianyam, tidak dibuatkan atap dan banyak juga yang tidak memiliki pintu. Bangunannya yang tidak permanen ini membuat kondisi fisik jamban tersebut nampak tidak terpelihara dengan baik. Namun, kebersihan dalam jamban cukup terjaga. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hanya sekitar 9,3 % jamban yang berbau. Kotoran atau sampah dijumpai pada sekitar 17% kloset atau jamban. Sebagian besar klosetnya selalu terbuka (95,5 %), hanya sekitar 4,5% jamban yang klosetnya tertutup.
Selain itu, yang menjadi persoalan dalam kaitannya dengan jamban ini adalah keterbatasan ketersedian air. Hanya sekitar 34% jamban yang diamati yang memiliki persediaan air di bak air. Selebihnya tidak memiliki air atau airnya sangat sedikit/terbatas. Dari para pemilik jamban diperoleh informasi bahwa mereka mengambil air hanya ketika diperlukan saja.
Begitu banyak permasalahan yang ada terlait dengan sanitasi terutama jamban ini. Entah dari segi ketersedian sarana dan prasarananya maupun dampak yang ditimbulkan akibat dari kurangnnya pemahaman tentang sanitasi yang baik terutama standarisasi jamban yang sehat.
Air minum yang terkontaminasi oleh kotoran, sampah atau limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga atau letak sumur yang dekat dengan jamban belum mengkhawatirkan. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya kepemilikan jamban pribadi. Dari hasil pengamatan, hanya 11,8% kemungkinan terjadinya kontaminasi air yang disebabkan oleh tinja yang berasal dari septik tank.
• Perumusan masalah
Bagaimana caranya agar kita bisa bersama-sama menciptakan kondisi sarana MCK yang sehat yakni WC yang sehat .
C. Tujuan
Dengan karya tulis ini penulis berharap bisa membukakan mata kita akan pentinggnya sarana MCK seperti WC agar kita bias memperhatikan bahwa ternyata hal-hal kecil seperti WC yang merupakan suatu kebutuhan wajib dari setiap manusia yang wajib ada agar kita tidak hanya bisa menggunakan namun juga bias merawat, menjaga serta tau bagaimana sebenarnya WC yang baik.
Bab II
Pembahasan
1. Pentinggnya Keberadaan WC
WC (Water Closet) atau yang biasa kita sebut jamban merupakan salah satu sarana sanitasi MCK yang sangat penting. Wc berfungsi sebagai tempat pembuangan air besar maupun air kecil. Keberadaannya tidak bias dipungkiri merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap rumah, seharusnya begitu. Tapi pada kenyataannya tidak semua rumah memiliki jamban. . Hanya sebagian kecil rumah tangga yang berdasarkan pengamatan memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Keberadaan jamban-jamban pribadi ini juga kondisinya secara fisik tidak terawat dengan baik.
Bila dilihat dari data yang tersedia di BPS, secara umum tingkat aksesibilitas masyarakat (rumah tangga)terhadap jamban di kategorikan tinggi, (67.1%). Yang menjadi masalah adalah data ini tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan. Data ini tidak menjelaskan kualitas jamban, apakah berfungsi dengan baik, apakah digunakan sesuai peruntukkannya, apakah sesuai standar kesehatan maupun teknis.
Penulis telah sedikit mengambil sample dari setidaknya teman-teman sekolah saya dengan beberapa pertanyaan seperti sebagai berikut.
1. ruang terpenting mana yang ada dirumahmu??
Jawabannya 90% dari seluruh teman yang saya tanyakan memasukkan WC sebagai salah satu dari 3 besar ruang terpenting yang ada dalam rumahnya.
2. seberapa sering siswa sering ke kamar mandi.
Jawabannya adlalah jawabannya adalah merela setiap hari pasti ke kmar mendi terkecuali sedang ada maslah dengan kesehatan pencernaannya.
3. seberapa penting WC/jamban menurutmu?
Jawabannya 90% siswa menjawab sangat penting, 10% menjawab penting.
Catatan: perlu diketahui hasil sample diatas berdasarkan jawaban 10 siswa yang dipilih secara acak.
Mentri kesehatan sebelumnya memang telah melakukan upaya mengatasi permaslaahan kurang ketersediaannya jamban bagi warga miskin bekerja sama dengan pihak-pihak daerah setempat yakni dengan membangun jamban gratis bagi penduduk tidak mampu. Namun hal ini dihentikan begitu memasuki tahun 2008. itu disebabkan karena menskes berfikir setelah melihat bahwa ketika masyarakat pun dibuatkan jamban gratis malah permasalahan muncul lagi baik dari segi tidak terawatnya jamban mereka serta dampak negative lain yang ditimbulkannya. Menteri beranggapan bahwa permasalahan jamban merupakan suatu pola hidup yang mencerminkan kepribadian masyaraktnya. Jadi beliau ingin agar masyarakt lebih memiliki kesadaran sendiri untuk itu, dan jika sudah mereka tentu akan lebih menjaga dna merawat jamban mereka. Hingga tidak akan ada lagi permasalahan-permasalahan terkait jamban yang akan ditimbulkan.
Dari penjelasan-penjelasan diatas baik dari latar belakang hingga memaparkan pentingnya jamban, penulis berharap bahwa kita benar-benar sadar akan hal itu. Tapi ada hal mengherankan terkait satu hal itu, yakni tidka ada satupun dari capres dan cawapres dinegeri ini yang mengungkit tentang perbaikan terhadap sanitasi masyarakat Indonesia yang sangat buruk. Apakag jamban merupakan permasalahn sepele??..tentu jawabannya tidak. Jamban adalah permaslaahan yang sangat penting yang saat ini butuh perhatian kita bersama, bukan saja pemerintah namun jug akita sebagai masyarakat dna penduduk Indonesia.
a. standarisasi jamban/wc sehat
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
7. Keadaan daerah datar atau lereng;
8. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
9. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
10. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
11. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
12. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
PENGGUNAAN
13. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
14. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
15. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
PEMELIHARAAN
16. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.
17. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
18. Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
19. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
20. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.
KEUNTUNGAN
21. Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang tinggi.
22. Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat penuh.
23. Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher angsa.
24. Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
25. Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
26. Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dari awal penulis memaparkan tentang bagaimana keadaan sarana sanitasi di Negara kita yakni keberadaan WC sebagai sarana MCK yang seharusnya wajib ada kini kita pertanyakan kelayakan serta keadaannya. Tidak lupa juga tentang bagaimana pentingnya sarana MCK yakni WC bagi kita sebagai salah satu cermin pola hidup sehat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “ ketika kita ingin mengetahui suatu negara tersebut maju atau tidaknya cukup dengan melihat WC umunya”. Begitu pentingkah WC sehingga ada yang mengatakan demikian. Dan diharapkan nantinya kita semua bisa peduli terhadap sarana MCK seperti WC yang sudah ada dan baik yang belum ada kit aberusaha bersmaa-sama mengupayakan keberadannya. Karena WC juga butuh perhatian.
Saran
1. Sebagai seorang siswa hendaknya kita berusaha peduli terhadap kebersihan lingkungan kita terutama jamban, dan kita bisa memulainya dari rumah kita sendiri.
2. Perlu untuk kita memberikan perhatian serius terhadap permasalahan sanitasi yang terkadang tidak kita sadari dampaknya sebelum jatuhnya korban.
3. Biasakan untuk memulai pola hidup sekarang.
***
Daftar Pustaka
- Drs. Dwi Adi K. 2001, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Fajar Mulya Surabaya.
- Lembar fakta6_SPM
- Makalah Penunjang PERILAKU HIDUP SEHAT MASYARAKAT DESA DI NUSA TENGGARA BARAT oleh Dr. Rosiady Husaenie Sayuti.
- dan dari situs-situs serta blog-blog di internet.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar