Jumat, 23 April 2010

Menengok Riwayat Hukum Waris dalam Islam


Sebelum Islam, umat dan bangsa terdahulu telah mempraktikkan sistem waris (pembagian harta bila salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia, kecuali anak). Bahkan, di masa Jahiliyah, bangsa Arab telah menjalankan praktik pembagian harta waris yang ditinggalkan oleh anggota keluarga yang meninggal dunia.

Hanya saja, pembagian sistem waris itu berlaku diskriminatif. Anak laki-laki yang belum dewasa dan tidak ikut berperang, tidak berhak mendapatkan hak waris. Begitu juga dengan kaum perempuan, mereka sama sekali tidak berhak mendapatkan harta warisan, kendati yang meninggal dunia adalah orang tuanya atau bahkan suaminya. Dan anak perempuannya, juga tidak berhak mendapatkan harta warisan. Sebaliknya, orang lain yang bukan anggota keluarganya, namun mereka pernah mengikat sumpah setia, malah diberikan hak warisan.

Maka, setelah Islam datang, semua praktik itu dihapuskan. Dalam Islam, semua orang, laki-laki atau perempuan, dewasa maupun anak-anak, yang merupakan bagian dari anggota keluarga yang meninggal dunia, mendapatkan hak waris. Hanya saja, sebelum ayat waris diturunkan, Islam di masa permulaan, sempat mempraktikkan sistem waris yang berbeda. Di antaranya, anak angkat mendapatkan hak waris, orang Muhajirin dan Anshar juga mendapatkan hak serupa.

Dan setelah Allah menerangkan sistem waris Islam melalui firmannya dalam surah An-Nisaa` [4] ayat 11-12, dan 176, maka jelaslah orang-orang yang berhak menjadi ahli waris (Ashab al-Furudl). Semua pihak --laki-laki, perempuan, anak, ibu, bapak, suami, istri, saudara kandung, saudara sebapak, saudara seibu, kakek, nenek, dan cucu-- punya bagian tertentu.

Mereka yang mendapatkan hak waris itu ada yang dikarenakan termasuk dalam dzawil arham, ahlu ar-rahm, ahlu at tanzil, ahlu al-qarabah, dan lain seba gainya. Di antara mereka, ada yang mendapatkan bagian terbanyak, Ashabah (sisa), 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8, atau 2/3. Namun demikian, mereka juga bisa tidak mendapatkan harta bagian dise. babkan posisinya yang jauh dari orang yang meninggal dunia. Kedudukan mereka ini disebut dengan mahjub (terha lang). Selain ketentuan ini, yang juga tidak berhak mendapatkan hak waris dalam Islam adalah orang yang mem bunuh dan keluar dari agama Islam.

Berbeda dengan masa jahiliyah, yang meletakkan fungsi dan kedudukan perempuan sebagai orang yang bisa diwarisi misalnya orang tua yang meninggal dunia, maka si anak bisa menikahi ibunya sendiri --agama Islam justru menghormati dan menghargai peran perempuan. Mereka mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk mendapatkan hak warisan.

Kendati perempuan mendapatkan bagian setengah dari laki-laki (lidzdzakari mitslu hadzdzil untsayayn), namun ketentuan itu bisa menjadi lebih banyak dari laki-laki. Sebab, laki-laki punya tanggung jawab menafkahi anggota keluarganya, sedangkan harta bagian perempuan adalah untuk dirinya sendiri.

Karena itulah, Rasul SAW menekankan umat Islam untuk senantiasa melakukan dan melaksanakan hukum waris sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Alquran. Semua yang sudah diatur dalam Alquran bertujuan memberikan keadilan pada setiap orang.

Rasul juga memerintahkan umat Islam untuk mempelajari dan mendalami ilmu waris (faraidl) ini. Sebab, ilmu waris adalah setengah dari seluruh ilmu yang ada. Karena, setengah dari ilmu, maka umat Islam disarankan memperdalamnya. Sebab, lanjut Rasul SAW, ilmu waris ini adalah ilmu yang pertama kali diangkat dari umat Islam. Cara mengangkatnya adalah dengan mewafatkan para ulama yang ahli dalam bidang ini. Wa Allahu a'lam.
***
sumber: Republika Online

Kamis, 22 April 2010

Cadangan Beras Untuk Bencana Lotim Masih Utuh


Selama dua tahun terakhir, Kabupaten Lombok Timur telah mencadangkan pangan dengan anggaran sebesar 25 juta rupiah setiap tahun sehingga total persediaan senilai 50 juta rupiah. Cadangan pangan tersebut disimpan dalam bentuk beras di dua tempat, masing-masing di lumbung pangan masyarakat desa (LPMD) Desa Tete Batu Kecamatan Sikur dan LPMD Karunia tani Masbagik. Sampai saat ini, cadangan beras tersebut masih utuh.

Memang pernah LPMD Tete Batu mengucurkan bantuan beras sebanyak 1,5 kwintal untuk membantu masyarakat Dusun Montong Kelor Desa Pemongkong yang mengalami kasus gizi buruk, namun itu merupakan bonus dari LPMP tersebut sehingga cadangan beras masih utuh. Ini dikemukakan Kabid Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur, Ir. Nurawal Hamdi di kantornya.

Nurawal, mengatakan, yang disimpan dalam bentuk uang tetapi dibuat kesepakatan, bahwa kapanpun beras hendak digunakan atau diambil, harga tetap sesuai dengan perjanjian. Total jumlah beras simpanan tidak akan dipengaruhi fluktuasi harga beras di pasaran, karena kapanpun dibutuhkan harga tetap sesuai perjanjian semula.

Nurawal, menambahkan, mengenai program LDPM (lembaga distribusi pangan masyarakat) untuk mendukung pencegahan rawan pangan di Lombok Timur, pada tahun 2009, telah dibentuk empat LDPM yakni, Upja Kaya raden di Pringgabaya, Upja Karunia tani di masbagik, Upja beruk Mekar di Kelayu dan satu lagi Upja di Gunung Rajak Sakra.

Masing-masing Upja, diberikan bantuan bantuan langsung (BLM) dari pemerintah Pusat sebesar 150 juta rupiah. Dana tersebut dialokasikan untuk membangun gudang sebesar 30 juta rupiah dan 120 juta rupiah untuk pembelian gabah dan beras petani. Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menstabilkan harga gabah atau beras petani, terutama pada setiap panen raya, biasanya harga gabah turun hingga dibawah harga dasar. “Ini penting dilakukan agar petani tidak mengalami kerugian”, kata Nurawal.

Sesuai ketentuan yang ada papar Nurawal, harga dasar gabah Rp. 2.640 perkilogram. Dalam membeli harga gabah petani, LDPM tidak diperbolehkan untuk membeli dengan harga dibawah harga tersebut. Badan ketahanan pangan kabupaten, katanya, mengendalikan aktivitas lembaga tersebut.

Program dukungan masyarakat rawan pangan berikutnya yang dituturkan Nurawal, yakni LUEP (lembaga usaha ekonomi pedesaan). Bantuan ini diberikan kepada UD Pengusaha perorangan, diutamakan mereka yang memiliki huller/ unit mesin penggiling padi. Bantaun tersebut, katanya, bersifat pinjaman tanpa bunga senilai 100 hingga 150 juta rupiah setahun.
***
sumber: ntbnews.com

Rabu, 21 April 2010

JK : Tugas PMI Bukan Hanya Menerima 'Limbah'


Dalam jumpa pers di Kantor Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Senin (19/4) siang, Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla menegaskan bahwa tugas PMI bukan hanya menerima 'limbah' korban kerusuhan, bukan pula hanya menyediakan mobil ambulance dan dapur umum dalam sebuah bencana, tapi seluruh aspek-aspek kemanusiaan.

Dalam kesempatan ini JK menuturkan PMI dan Komnas HAM akan membetuk tim investigasi guna menelusuri tragedi Tanjung Priok yang merenggut tiga nyawa anggota Satpol PP dan puluhan yang luka-luka. Tim Investigasi itu sendiri menurut Kalla untuk mengetahui sebab dan mencegah agar kerusuhan semacam itu tidak terjadi lagi.
***
sumber: kompas-tv.com

Selasa, 20 April 2010

Pemilukada Kota Mataram: Siapakah Pilihan Rakyat ?

Oleh : Lalu Ardian Zamzamy *)

Adakah dari lima pasang Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota yang akan bertarung dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Mataram telah sesuai dengan aspirasi yang diharapkan rakyat ? Jawaban pertanyaan tersebut tampaknya bakal mengundang reaksi beragam dan akan menjadi perdebatan yang tidak ada ujung pangkalnya bila ditelisik satu persatu kandidat yang muncul dan besarnya harapan rakyat untuk mendapatkan pemimpin terbaik bagi Kota Mataram kita tercinta.

Namun terdapat satu “benang merah” bisa kita tarik bila dicermati menjelang Pemilukada Kota Mataram secara langsung oleh warga Kota Mataram yang untuk kedua kalinya dalam sejarah berdirinya Kota Mataram yakni rakyat disodorkan untuk memilih calon yang bermunculan.

Dalam proses pencalonannya beragam cara dilakukan oleh internal partai, baik melalui rapimda, rakerda maupun survey oleh lembaga survey yang ditunjuk oleh partai bersangkutan. Semua yang terlibat dalam proses internal partai tersebut adalah pengurus partai di tingkat daerah bahkan pusatpun punya andil yang kuat, tidak ada rakyat kebanyakan.

Pengurus memang bisa berdalih bahwa figur yang dicalonkan telah berdasarkan aspirasi yang berkembang di mata rakyat, tetapi sebagai sebuah proses politik, hal itu tidak bisa terlepas dari politisasi. Tak heran para politisi sering berujar dan mengatasnamakan rakyat.

Lebih Pada Kekuasaan

Ditengah kalkulasi politik detik per detik yang dilakukan parpol untuk “menjual” masing-masing calonnya untuk memenangkan kompetisi ketat itu dengan merebut sebanyak-banyaknya suara rakyat, muncul skeptisme dari beberapa kalangan yang menilai Cawali dan Cawawali yang akan bertarung pada Pemilukada Kota Mataram tahun 2010 ini, belum sepenuhnya berpihak kepada rakyat, tidak memiliki hati nurani untuk membela rakyat, sebaliknya lebih pada kekuasaan.

Menurut hemat penulis, perlunya lembaga independen dan bebas dari bentuk intervensi partai politik pengusung pasangan Cawali dan Cawawali untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat perihal Cawali dan Cawawali, seperti membuat catatan kritis atau profil dari Cawali dan Cawawali. Meskipun kita tahu sudah ada Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilukada Kota Mataram. Namun penulis merasa tidak yakin bahwa KPU Kota Mataram mampu sebagai lembaga yang independen karena lembaga ini tidak bisa lepas dari jalur birokrasi dan kepentingan politik.

Penulis berharap bahwa Pemilukada Kota Mataram yang dilaksanakan tanggal 7 Juni 2010 mendatang, bukanlah sebuah proses demokrasi palsu yang tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan terhadap perubahan Kota Mataram ke arah lebih baik, karena dari pengamatan penulis bahwa Pemilukada Kota Mataram belum–belum sudah berada pada kondisi yang kurang demokratis, kurang adil, kurang jujur. Hal ini sudah terlihat dari propaganda tidak sehat yang dilakukan oleh beberapa oknum partai pengusung pasangan Cawali dan Cawawali untuk memenangkan calonnya.

Terlebih lagi terhadap para calon yang lebih mementingkan nafsu pribadi untuk berkuasa ketimbang dalam upaya proses perbaikan Kota Mataram ke depan. Bayangkan saja mereka hanya “turun gunung” atau safari ke lingkungan-lingkungan pada saat menjelang Pemilukada untuk mencari popularitas sesaat dengan sekedar membuka pertandingan olahraga atau memberikan sumbangan pembangunan tempat ibadah.

Sikap seperti itu berkaitan dengan masalah mentalitas sejumlah pemimpin yang buruk, kurang memiliki rasa malu, dan tidak peduli kepada rakyat, karena calon pemimpin seperti ini hanya membutuhkan suara rakyat untuk memilih mereka, tetapi tidak mau tahu apa aspirasi sesungguhnya dari rakyat.

Menurut penulis, mengenai siapa sebenarnya pemimpin yang didambakan warga Kota Mataram, adalah figur yang mampu menyelesaikan persoalan Kota Mataram dengan visi dan misi yang realistis antara lain meningkatkan IPM Kota Mataram yang masih rendah, persoalan kemiskinan, pendidikan, terbatasnya lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan masyarakat yang masih kurang, tidak terlibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), tidak mengatasnamakan agama, suku atau Ras untuk menang, bersedia melakukan debat terbuka dan bersedia melakukan kontrak politik dengan elemen masyarakat, bukan sekedar jargon-jargon yang tidak mampu dilaksanakan .

Selain itu pula penulis menilai bahwa pada proses pencarian pasangan calon telah terjadi “kawin campur” yang hanya berorientasi kekuasaan, bersifat oportunistik, serta sangat pragmatis tanpa memiliki kekuatan gagasan berupa visi dan misi serta program yang kuat untuk membawa Kota Mataram ke arah yang lebih baik. Pasangan Cawali dan Cawawali yang muncul hanya mengedepankan kepentingan masing-masing tanpa adanya sebuah kekuatan pemikiran yang mampu memberikan pencerahan dan pendidikan politik rakyat.

Penulis juga mengingatkan KPU Kota Mataram selaku penyelenggara Pemilukada Kota Mataram, bahwa pada Pemilu tahun 2009 yang lalu, masih banyak rakyat yang tidak bisa memilih karena tidak mendapatkan kartu pemilih atau mereka yang “golput”. Untuk itu KPU Kota Mataram harus lebih proaktif mensosialisasikan tentang pelaksanaan Pemilukada Kota Mataram 2010 kepada masyarakat terlebih lagi yang ada di lingkungan pinggiran Kota, karena bukan mustahil pada hari “H’ pemungutan suara tanggal 7 Juni 2010, banyak rakyat yang tidak memilih karena kualitas dan mentalitas

Cawali tidak sesuai dengan aspirasi rakyat atau juga kecewa karena calonnya tidak bisa bertarung dalam Pemilukada Kota Mataram. Kedepan perlu dibuatkan aturan main bahwa Cawali dan Cawawali adalah figur–figur yang benar-benar lahir dari aspirasi rakyat.

Terakhir, penulis mengajak semua pihak dan para pasangan calon untuk menjaga Kota Mataram ini tetap AMAN, berikan pencerahan agar masyarakat FAHAM akan makna demokrasi yang sesungguhnya, sehingga AdA wajah BARU bagi Kota Mataram mendatang dan siapapun yang terpilih nanti agar semua pihak tetap AKOR.

Ingatlah kita boleh berseberangan pendapat, kita boleh berbeda pilihan. Tapi kita tidak boleh bermusuhan, apalagi saling mengujat hanya karena berbeda pilihan. Masih ada waktu bagi pasangan (sesuai nomor urut pengundian):
(1) H.L. Koeshardi Anggrat – I Gusti Bagus Widiamurti Diwia (AdA),
(2) H.L.Bakri – H. Miftahuddin Ma’ruf, (BARU),
(3) H.L. Fathurrahman – H.M. Muazzim Akbar (FAHAM),
(4) L. Khalik Iskandar (Mamiq Alex) – Komang Rena (AKOR),dan
(5) H. Ahyar Abduh – H. Mohan Roliskana (AMAN),
agar dapat berbuat yang terbaik bagi warga Kota Mataram. Renungkan !

***
*) Penulis adalah Senior Fasilitator di PNPM Mandiri Perkotaan Kota Mataram.






Senin, 19 April 2010

KSR Untuk Semua: Berbagi Rasa Berbagi Ceria….. (Bagian II)

MINGGU SEHAT

Pada hari Minggu, 4 April 2010 dilaksanakan minggu sehat yang diawali dengan jalan sehat bersama anggota KSR dan anggota UKM lain yang ada di PKM Unram. Peserta dilepas oleh ketua umum KSR, Asmawan, untuk berjalan sehat mengelilingi kampus Universitas Mataram.
Jalan sehat ini menawarkan berbagai door prize berupa hadiah menarik dan voucher makan di Warung Jawa. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan lomba lari bakiak, peserta juga bisa langsung mendonorkan darah ataupun melakukan konseling kesehatan/AIDS di tempat yang telah disediakan panitia.
Minggu sehat ini juga dimeriahkan oleh hiburan live musik yang diisi oleh band secara sukarela, turut memeriahkan juga ASA band yang merupakan band anak KSR IAIN. Band dari UKM lain juga tidak mau ketinggalan, teman-teman dari Paduan Suara Unram turut serta menyumbangkan 2 buah lagu pada kesempatan ini. Namun tidak hanya dari kalangan KSR atau UKM yang ada di PKM Unram yang mengisi acara, penampilan MISTERY band dan Lepank Band dari kalangan umum juga mampu membuat penonton berjoged di depan panggung musik KSR.
Selain acara live musik, lomba lari bakiak juga cukup menyedot perhatian pengunjung. Permainan yang tiap regunya beranggotakan 3 orang ini diikuti oleh anak KSR unram, UKM Grahapala Rinjani Unram, UKM Fokus, UKM Paduan Suara, KSR UMM, serta adik-adik PMR Smanda yang turut diundang pada hari itu. Setiap perlombaan diikuti oleh 3 regu yang pemenangnya ditentukan berdasarkan regu yang paling dulu mencapai garis finish. Nantinya, regu yang memenangkan lomba akan bertanding kembali dengan regu yang memenangkan lomba di sesi lainnya. Sampai akhirnya ditentukan pemenang lomba lari bakiak ini dari UKM Grahapala Rinjani Unram dan sebagai pemenang kedua dari PMR Smanda.
Disamping lomba dan live musik, ternyata konseling sekaligus tes HIV juga cukup ”laris”. Terbukti dengan cukup banyaknya peserta yang mengikuti konseling ini. Demi kelancaran konseling yang sifatnya sangat rahasia ini, UKM Menwa, BEM dan DPM rela sekretnya digunakan sebagai ruangan konseling.
Pojok kiri panggung panitia juga menyediakan tempat donor darah sukarela yang juga banayak menyedot perhatian pengunjung karena selain mendonorkan darah pengunjung juga dapat melakukan tes golongan darah gratis . ” tadinya cuman tes darah saja tetapi setelah dijelaskan manfaat donor dan darah bagi oang lain, saya tertarik dan langsung donor walapun sempat oleng” komentar mahasasiswa FKIP dan juga Anggota UKM MEDIA UNRAM.
UTD PMI LOBAR yang melakukan Pengambilan darah mendapatkan 41 kantong darah pada hari itu.
Akhirnya, rangkaian acara minggu sehat berakhir saat adzan Zuhur berkumandang semua Tertawa, Semua Senang, Semua Bahagia, Semua PUAS...
1. Tertawa karena terhibur (live music, lomba bakiak)
2. Senang karena semua dapat hadiah (door prize)
3. Bahagia karena semua dapat berpartisifasi (tes HIV dan Koseling Kesehatan
4. PUAS karena semua dapat ikut berbagai dengan orang lain (DONOR DARAH)
BERBAGI RASA BERBAGI CERIA KSR UNTUK SEMUA
(Jadi kalo ada yang mengklaim KSR berhura-hura itu salah besar Sekali lagi itu Salah Besar)
***
Laporan langsung dari lokasi acara, oleh:
Reporter Voluntary: Ro2/Bed





Sabtu, 17 April 2010

Resep Masakan: Omelette Mie


Bahan membuat omelette mie:
- 1 bungkus mie instant
- 1 gelas dada ayam di suir
- 3 buah telur ayam, kocok rata
- 1 sendok seledri cincang
- minyak untuk menggoreng
- keju parut
Cara membuat omelette mie:
- Rebus mie instant hingga matang, buang airnya
- Masukan bumbu mie instant dan aduk rata
- Telur di aduk hingga cukup mengembang
- Masukan ayam suir dan seledri cincang kedalam adukan telur
- Masukan mie instant matang dan berbumbu
- Panaskan wajan lalu masukan minyak goreng secukupnya
- Goreng adonan setengah matang
- Taburkan keju parut di atasnya
- Lalu lanjutkan menggoreng hingga warna kuning kecoklatan.
- Angkat dan sajikan
***



Jumat, 16 April 2010

Hikayat Batu dan Pohon Ara


Alkisah pada suatu saat di sebuah negeri di timur tengah sana, adalah seorang saudagar yang sangat kaya raya tengah mengadakan perjalanan bersama kafilahnya. Di antara debu dan bebatuan, derik kereta diselingi dengus kuda terdengar bergantian. Sesekali terdengar lecutan cambuk sais di udara.
Tepat di tengah rombongan itu tampaklah pria berjanggut, berkain panjang dan bersorban ditemani seorang anak usia belasan tahun. Kedua berpakaian indah menawan. Dialah sang Saudagar bersama anak semata wayangnya. Mereka duduk pada sebuah kereta yang mewah berhiaskan kayu gofir dan permata yaspis. Semerbak harum bau mur tersebar di mana-mana. Sungguh kereta yang mahal.
Iring-iringan barang, orang dan hewan yang panjang itu berjalan perlahan, dalam kawalan ketat para pengawal. Rombongan itu bergerak terus hingga pada suatu saat mereka di sebuah tanah lapang berpasir. Bebatuan tampak diletakkan teratur di beberapa tempat. Pemandangan ini menarik bagi sang anak sehingga ia merasa perlu untuk bertanya pada ayahnya.
"Ayah, mengapa tampak olehku bebatuan dengan teratur di sekitar daerah ini. Apakah gerangan semua itu?"
"Baik pengamatanmu, anakku," jawab Ayahnya, "Bagi orang biasa itu hanyalah batu, tetapi bagi mereka yang memiliki hikmat, semua itu akan tampak berbeda".
"Apakah yang dilihat oleh kaum cerdik cendikia itu, Ayah?, tanya anaknya kembali.
"Mereka akan melihat itu sebagai mutiara hikmat yang tersebar, memang hikmat berseru-seru di pinggir jalan, mengundang orang untuk singgah, tetapi sedikit dari kita yang menggubris ajakan itu."
"Apakah Ayah akan menjelaskan perkara itu padaku?"
"Tentu buah hatiku", sahut Sang Saudagar sambil mengelus kepala anaknya.
"Dahulu, ketika aku masih belia, hal inipun menjadi pertanyaan di hatiku. Dan kakekmu, menerangkan perkara yang sama, seperti saat ini aku menjelaskan kepadamu. Pandanglah batu-batu itu dengan seksama. Di balik batu itu ada sebuah kehidupan. Masing-masing batu yang tampak olehmu sebenarnya sedang menindih sebuah biji pohon ara."
"Tidakkah benih pohon ara itu akan mati karena tertindih batu sebesar itu Ayah?"
"Tidak anakku. Sepintas lalu memang batu itu tampak sebagai beban yang akan mematikan benih pohon ara. Tetapi justru batu yang besar itulah yang membuat pohon ara itu sanggup bertahan hidup dan berkembang sebesar yang kau lihat di tepi jalan kemarin."
"Bilakah hal itu terjadi Ayah?"
"Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata segala hewan. Sampai beberapa waktu kemudian benih itu akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak tampak kehidupan di atas permukaannya, tetapi di bawah, akarnya terus menjalar. Setelah dirasa cukup barulah tunasnya akan muncul perlahan."
Masih cerita Ayahnya, "Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Demikianlah pohon ara itu hidup. Dan hampir di setiap pohon ara akan kau temui, sebuah batu, seolah menjadi peringatan bahwa batu yang pernah menindih benih pohon ara itu tidak akan membinasakannya. Selanjutnya benih itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar."
"Apakah itu semua tentang kehidupan ini Ayah?" tanya anaknya. Sang Saudagar menatap anaknya lekat-lekat sambil tersenyum, kemudian meneruskan penjelasannya.
"Benar anakku. Jika suatu saat engkau di dalam masa-masa hidupmu, merasakan terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu. Segala kesulitan yang menindihmu, sebenarnya merupakan sebuah kesempatan bagimu untuk berakar, semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya tampil sebagai pemenang.
Camkanlah, belum ada hingga saat ini benih pohon ara yang tertindih mati oleh bebatuan itu, Jadi jika benih pohon ara yang demikian kecil saja diberikan kekuatan oleh Sang Khalik untuk dapat menyingkirkan batu di atasnya, bagaimana dengan kita ini. Dan Yang Maha Perkasa itu bahkan sudah menanamkan keilahian-Nya pada diri-diri kita. Dan menjadikan kita, manusia ini jauh melebihi segala mahluk di muka bumi ini.
Perhatikanlah kata-kata ini anakku. Pahatkan pada loh-loh batu hatimu, sehingga engkau menjdi bijak dan tidak dipermainkan oleh hidup ini. Karena memang kita ditakdirkan menjadi tuan atas hidup kita."
***
Kiriman: L. Ramli (Alumni KSR)
Sumber : milis resonansi





Kamis, 15 April 2010

NTB Peringkat 21 Kasus HIV/AIDS Nasional


Ancaman virus HIV/AIDS menjadi momok menakutkan bagi masyarakat dunia, termasuk NTB. Hingga bulan Maret 2010, di NTB ditemukan sebanyak 169 kasus positif HIV atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebanyak 167 kasus. Tahun 2010 ditemukan 130 kasus AIDS dan 128 kasus tahun 2009. Dari angka tersebut, NTB tahun ini menempati peringkat ke 21 secara nasional.
Demikian diungkapkan, Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Ir. H. Badrul Munir, MM, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I Setda NTB, H. Sirojul Munir, SH, MH, pada acara advokasi media massa dan populasi kunci untuk penanggulangan HIV/AIDS dan bahaya penyalahgunaan narkotika, Rabu kemarin.
Secara rinci disebutkan, sekitar 83 persen dari kasus HIV/AIDS yang ditemukan di NTB adalah masyarakat berusia produktif antara 19 – 39 tahun. Sebanyak 49 orang tertular HIV dan 45 orang AIDS dari kalangan swasta. Kalangan Ibu Rumah Tangga (IRT) atau pembantu terdapat 23 orang tertular HIV dan 14 orang AIDS. Selanjutnya, kalangan masyarakat penganggur terdapat 26 orang tertular HIV dan 40 orang AIDS.
Selanjutnya digambarkan Kepala Kesekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTB, Drs. H. Muhtar, temuan kasus terbanyak masih di Kota Mataram, yakni sebanyak 72 kasus HIV dan 61 AIDS. Disusul Kabupaten Lombok Timur sebanyak 39 kasus HIV dan 18 AIDS dan Kabupaten Lombok Barat sebanyak 19 kasus HIV dan 24 kasus AIDS.
Terbanyak memang ditemukan di wilayah Pulau Lombok. Hal itu karena geliat penanggulangan kasus HIV/AIDS sudah lama dilakukan. Sementara di Pulau Sumbawa baru mulai. Klinik-klinik VCT di Sumbawa belum optimal.
Bicara regulasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Perda itu dapat dijadikan sebagai salah satu dasar atau acuan dalam penyusunan kebijakan operasional dan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu, akan menjadi payung hukum dan rujukan bagi para pelaksana kegiatan dilapangan, sehingga dapat melindungi hak-hak para pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika telah dikeluarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika yang menjamin pengguna agar di rehabilitasi medis dan sosial.
Dikatakan, tidak saja bahaya HIV/AIDS yang perlu diantisipasi, tapi penyalahgunaan narkotika di NTB juga harus ditekan. Sebab, data dari Ditnarkoba NTB pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 146 kasus narkotika atau meningkat dari tahun 2007 sebanyak 129 kasus. Adanya pergaulan modern dari kalangan generasi muda, baik pelajar dan mahasiswa menjadi salah satu penyebab makin banyaknya kasus narkotika ditemukan.
Kepala Bagian (Kabag) Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si. menambahkan, berdasarkan temuan tahun 2008 saja di NTB tercatat penyalahgunaan narkoba sebanyak 45 ribu kasus. Hal itu mulai dari yang coba-coba, pengguna rutin hingga menjadi pecandu.
***
sumber: suara-ntb.com




Rabu, 14 April 2010

Making their move around the world


The global Our world. Your move. campaign has inspired more than 100 National Societies to commission songs and videos, reunite war veterans, offer free blood pressure checks, host photo exhibitions and essay contests, paint zebra crossings, hold picnics, re-enact the battle of Solferino, parade in streets and parks, debate, update web sites, raise funds, organize football matches and clean up rubbish.
The three-year campaign can be customized to draw attention to National Societies’ top humanitarian issues (their ‘Solferinos’) in their own countries. Issues they have highlighted so far include violence against women, human trafficking, HIV and AIDS, road safety, first-aid training, stigma and discrimination, climate change and conflict.
They have also used the campaign to mark a series of significant milestones for the International Red Cross and Red Crescent Movement: the 150th anniversary of the battle of Solferino, the 90th anniversary of the founding of the International Federation and the 60th anniversary of the Geneva Conventions.
Whatever the event, the call to action is the same. The Movement aims to persuade people from all walks of life to engage in humanitarian action. It’s our world and together we can move it. Red Cross Red Crescent magazine presents a selection of ‘moves’ from around the globe.
Photo caption:
In Bangkok, the Thai Red Cross Society launched the global campaign with a parade along Henry Dunant Road in Bangkok and the opening of a special exhibition in one of the biggest shopping centres in town.
***
sources: redcross.int




Selasa, 13 April 2010

Wirausahawan Sosial, Apa Itu?

Mungkinkah sebuah entitas bisnis bervisi sosial? Bukankah pebisnis hanya sekadar mengejar keuntungan? Atau sebaliknya, hanya yayasankah yang bisa bergerak dalam usaha-usaha menangani masalah sosial?

Pertanyaan sejenis sudah sering bermunculan tetapi tak terjawab dengan tuntas. Wirausahawan sosial menjadi makhluk baru yang perlu dilihat.

Ya, wirausahawan sosial memang makhluk baru di Indonesia. Ketika Kompas diundang oleh British Council untuk melihat lembaga-lembaga terkait kewirausahawan sosial di Inggris, yang muncul di benak hanyalah perusahaan dan yayasan. Perusahaan adalah entitas bisnis yang berusaha memaksimalkan keuntungan, sedangkan yayasan bergerak lebih banyak usaha sosial tetapi tak boleh mengejar keuntungan.

Di antara perusahaan dan yayasan ada wirausaha sosial. Sebenarnya wirausaha sosial (social enterprise) sudah muncul di dalam buku-buku teks kuliah pada tahun 1960-an sampai 1970-an. Baru kemudian pada 1980-an hingga 1990-an wirausaha sosial menyebar dan berkembang. Di Inggris, salah satu penggerak waktu itu adalah Bill Drayton, yang mendirikan wirausaha sosial bernama Ashoka.

”Kami mendefinisikan wirausaha sosial sebagai entitas bisnis yang tujuan utamanya bersifat sosial. Keuntungan yang didapat dari usahanya dinvestasikan kembali untuk mencapai tujuan sosial itu atau untuk kepentingan sosial. Kewirausahaan sosial lebih dari sekadar didorong oleh keinginan untuk memaksimalkan profit bagi pemegang saham atau pemilik,” kata Manajer Promosi Wirausaha Sosial dan Kebudayaan Kantor Kementerian Urusan Sektor Ketiga Tamsyn Roberts.

Definisi

Dengan definisi seperti itu, sebenarnya di Indonesia sudah terdapat wirausaha sosial, seperti Bina Swadaya. Lembaga ini mencari keuntungan melalui beberapa unit bisnisnya, tetapi keuntungan itu diinvestasikan kembali untuk membantu masyarakat kecil dan juga petani.

Ada juga beberapa lembaga dengan cara mengajukan berbagai proyek ke perusahaan-perusahaan untuk mengerjakan sejumlah proyek yang bersifat sosial, seperti pendidikan dan perbaikan lingkungan. Lembaga ini mengambil keuntungan dari proyek-proyek yang dikerjakan, tetapi keuntungan itu untuk diinvestasikan kembali bagi tujuan sosialnya.

Ada pula yayasan atau lembaga swadaya masyarakat yang juga mengelola unit usaha. Keuntungan yang didapat dari usaha itu digunakan untuk kegiatan sosial mereka. Mereka terbantu dengan keberadaan unit usaha ini karena menjadikan mereka tidak tergantung sepenuhnya kepada penyandang dana.

Namun berbeda dengan Indonesia, di Inggris lembaga-lembaga wirausaha sosial itu mendapat pengakuan pemerintah. Di samping perusahaan dan yayasan, Pemerintah Inggris mengakui keberadaan wirausaha sosial itu. Bahkan, pengakuan itu diwujudkan dalam bentuk keberadaan Kementerian Urusan Sektor Ketiga yang di dalamnya mengurus wirausaha sosial. Penyebutan sektor ketiga untuk memperlihatkan keberadaan lembaga yang berada di antara pemerintah dan swasta.

Pengakuan itu juga diwujudkan dalam bentuk penggelontoran dana-dana yang diperebutkan berbagai wirausaha sosial melalui berbagai proyek yang diusulkan oleh lembaga wirausaha sosial. Meski dana tersebut tidak hanya murni dari pemerintah, pemerintah berhak mengecek manfaat penerima dana itu. Hal ini untuk menjamin dana tersebut tidak disalahgunakan oleh penerima.

Wirausahawan sosial yang mendapat dana kemudian mengerjakan proyek yang sudah tentu harus bermanfaat bagi masyarakat, seperti penciptaan lapangan pekerjaan, pengurangan jumlah warga yang tidak memiliki rumah, dan perbaikan lingkungan. Pemerintah kemudian akan mengaudit dana-dana yang disalurkan itu. Pemerintah mengecek manfaat yang diterima oleh masyarakat yang menjadi subyek dalam proyek-proyek itu.

”Dana utama kami berasal dari Millenium Award Trust, sebuah warisan bernilai 100 juta poundsterling dari The Milenium Commission,” kata Direktur Pengembangan UnLtd Zulfiqar Ahmed, sebuah lembaga wirausaha sosial yang mengerjakan berbagai proyek dari dana itu.

Pengakuan keberadaan wirausaha sosial oleh pemerintah Inggris dilakukan karena pada kenyataannya lembaga tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menjawab berbagai tantangan masalah sosial dan lingkungan. Wirausaha sosial juga diyakini mendorong hal-hal yang bersifat etis dalam bisnis, memperbaiki pelayanan publik, dan pada kenyataannya wirausaha sosial menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru untuk menyelesaikan masalah-masalah masyarakat.

Pengakuan

Sebagai wujud pengakuan itu, kantor Kementerian Urusan Sektor Ketiga mengadakan berbagai kegiatan untuk mendorong kinerja wirausaha sosial. Mereka memberi penghargaan, memberi akses yang lebih besar dalam hal pembiayaan, dan dukungan bisnis bagi lembaga wirausaha sosial.

Perkembangan lembaga wirausaha sosial di Inggris telah melahirkan pula lembaga-lembaga konsultasi, pengembangan studi tentang wirausaha sosial di sejumlah perguruan tinggi, bahkan hingga lembaga yang menyediakan jasa fasilitas rapat dan pertemuan untuk sektor ketiga.

Hal lain yang menarik adalah lembaga wirausaha sosial memberi peluang untuk sejumlah sukarelawan aktif bergerak di dalam lembaga itu. Meskipun lembaga wirausaha sosial merupakan lembaga bisnis tetapi dengan tujuan-tujuan yang bersifat sosial, lembaga ini memberi peluang bagi sukarelawan untuk terlibat.

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan pengelolaan karyawan di lembaga wirausaha sosial. Apakah karena bertujuan sosial, kemudian mereka bisa digaji seadanya?

”Kami juga digaji layak. Kami digaji dengan patokan gaji untuk mereka yang bekerja di pelayanan publik. Kalau kami menjabat sebagai manajer, gajinya akan distandarkan dengan gaji manajer untuk lembaga pelayanan publik. Hal yang sama kalau kami menjabat sebagai direktur,” kata Direktur Komunikasi dan Kebijakan School for Social Enterprise Nick Temple berkisah tentang gaji yang didapat di dalam lembaganya.

Perkembangan lembaga wirausaha sosial ini juga mulai menyebar ke luar Inggris. Beberapa negara di Asia juga mulai mengembangkan lembaga wirausaha sosial, seperti Thailand, Jepang, Vietnam, dan Filipina. Sebenarnya lembaga wirausaha sosial sudah ada di hampir banyak negara. Hanya saja pengakuan dari pemerintah belum ada.

Thailand mungkin lebih beruntung. Sejumlah pihak, mulai dari lembaga pemerintah, media, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha swasta, hingga pasar modal, pernah berkumpul untuk membicarakan tentang keberadaan lembaga wirausaha sosial. Bahkan, mereka telah membuat peta jalan bagi pengakuan lembaga wirausaha sosial.

Di Indonesia sebenarnya sudah lama lembaga-lembaga wirausaha sosial bermunculan. Sama dengan di beberapa negara di Asia pengakuan tentang lembaga itu belum ada. Pemerintah masih melihat hanya perusahaan dan yayasan sesuai dengan hukum yang ada. Meskipun demikian, wirausahawan sosial telah melangkah.
***
sumber: bisniskeuangan.kompas.com





Senin, 12 April 2010

KSR Untuk Semua: Berbagi Rasa Berbagi Ceria….. (Bagian I)


Judul di atas merupakan tema yang diambil dalam rangka memperingati HUT KSR yang ke 21 kali ini, “Tema ini menggambarkan semakin dewasanya KSR yang berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan namun tetap tidak menghilangkan sisi hiburan,” itulah ungkapan ketua panitai ALWI menjelaskan makna dari tema HUT KSR yang ke 21 kali ini.
“Ini tercermin dari kegiatan dan lomba-lomba yang dilaksanakan KSR Sekaligus meng-counter ungkapan-ungkapan yang mengatakan KSR berhura-hura,” sambungnya.
Kesan ini tampak nyata dalam perayaan hari Ulang Tahun KSR – PMI Unit Unram yang ke-21. Berbagai lomba dan kegiatan diselenggarakan sebagai rangkaian pra acara HUT tahun ini, yaitu:
1. Lomba sepak Bola dangdut antar UKM se PKM Unram
2. Lomba Bulutangkis antar Diksar (single dan double)
3. Bersih-bersih Gudang KSR
4. Minggu Sehat yang terdiri dari :
 Jalan Sehat
 Lomba Lari Bakiak
 Donor Darah
 Konseling Kesehatan
 Konseling HIV-AIDS
 Live Musik
Serta acara puncak berupa syukuran dan pembagian hadiah pemenang lomba pada tanggal 6 April 2010.
Mengawali segala kegiatan kali ini adalah lomba Sepak Bola Dangdut antar UKM se PKM Universitas Mataram dan Lomba Bulutangkis Antar Diksar (Single dan Double) yang dimulai sejak tanggal 28 Maret 2010.
Lomba sepak bola dangdut yang diikuti oleh seluruh UKM di lingkungan PKM Universitas Mataram ini dilaksanakan pada sore hari di parkiran gedung PKM Unram, tepatnya di depan sekretariat KSR Unram. Untuk mengikuti lomba ini, setiap tim harus beranggotakan 5 orang dengan menggunakan sarung pada saat permainan berlangsung. Lomba berlangsung seru diselingi tingkah lucu para pemain yang berjoged mengikuti musik yang membahana dari sekret KSR.
Komentar-komentar “nyeleneh” dari komentator yang notabene adalah anak KSR sendiri menambah panas suasana permainan. Wasit pun terkadang menjadi bulan-bulanan pemain yang selalu merasa paling benar. Namun semua tetap terkendali karena tujuan utama dari lomba ini adalah lebih mempererat rasa persaudaraan antar penghuni gedung PKM unram. Setelah melalui babak penyisihan, akhirnya pada tanggal 03 april 2010 digelar pertandingan final antara UKM Bola Vs UKM Fokus, yang dimenangkan oleh UKM Bola.
Pada malam harinya, sekitar pukul 20.00 WITA (kadang molor sampe pukul 22.00), diselenggarakan pertandingan bulutangkis antar Diksar yang masih berlokasi di areal parkir gedung PKM unram. Diawali dengan laga Diksar 19 melawan diksar 13 untuk single dan dilanjutkan dengan pertandingan antara diksar 19 melawan diksar 13 untuk ganda. Sementara khusus untuk diksar 1-10 di gabung dan diwakili diksar 10, dengan Pemain single Hasan Masat serta double Arief Hidayataullah dan Agus Zaironi. Namun ada juga yang menyayangkan aturan antar Diksar ini.
“Kenapa harus antar Diksar, kan angkatan Diksar seperti kita ini (diksar 14, red), susah untuk mencari teman untuk double,” ungkap kak Luthfi Laelan yang menjadi salah satu peserta bulutangkis single.
Pertandingan final yang dijadwalkan sabtu malam menjadi tertunda karena panitia sibuk persiapan untuk jalan sehat, akhirnya dapat dilaksanakan pada minggu malam antara diksar 10 melawan diksar 16 untuk single dan melawan diksar 19 untuk double. Runner up untuk kedua nomor pertandingan ini dipegang oleh perwakilan diksar 10, sehingga juara pertama untuk single dipegang oleh diksar 16 (Basryansyah) dan Juara pertama double diraih oleh diksar 19 (Diman dan Asmawan).
Pertandingan bulutangkis tidak seramai pertandingan Sepak Bola Dangdut karena selain persertanya cuma anggota KSR, pertandingan juga dilaksanakan pada malam hari dari pukul 22.00 sampai selesai, bahkan sampai pukul 01.00 pagi.
“Yah… bagaimana mau ada supporter, kan para ibu PKK KSR harus pulang sebelum jam 10, ini sudah menjadi aturan baku di KSR,” tegas Ketua Umum ketika ditanya Bulletin Voluntary mengenai jumlah penonton di sela-sela kesibukan beliau mengawasi (menonton) jalanya pertandingan final Bulutangkis malam itu
(Bersambung)
***
Laporan langsung Reporter “Voluntary” dari lokasi:
Ro2/Bed.